Senin, 14 Maret 2011

Ekspor Indonesia bisa merosot pasca tsunami Jepang


Sumber : Kompas

DENPASAR, KOMPAS.com - Berbagai kalangan pengusaha Indonesia khawatir sekaligus bersiap-siap menghadapi pasar ekspor Jepang yang bakal merosot pascagempa dan tsunami di Jepang, Jumat pekan lalu. Produk seperti ikan tuna, udang, biji kakao, tetes tebu, marmer, hasil alam, kopi, berbagai kerajinan, dan aromaterapi dikhawatirkan akan menyusut atau mengalami penundaan. 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali I Gusti Putu Nuriartha, Senin (14/3/2011) di Bali, mengatakan, ekspor ikan tuna dari Bali diprediksi turun 25 persen dalam dua bulan kedepan. Nuriartha menjelaskan, saat ini Bali mengekspor sekitar 34.000 ton ikan laut ke sejumlah negara dalam satu tahun dan 20.000 ton di antaranya ikan tuna tujuan Jepang. ”Berkurang 25 persen. Artinya, ekspor kita tinggal 15.000 ton tahun ini. Tapi, kami optimistis gangguan tidak terlalu besar dan lama karena Jepang akan cepat pulih kembali,” kata Nuriartha tentang total nilai ekspor ikan laut tahun 2010 yang mencapai 137 juta dollar AS. 

Asisten manajer operasi sebuah perusahaan penangkapan ikan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Soehartoyo, mengatakan, pengiriman ikan ke Jepang masih bisa dilakukan Sabtu dan Minggu lalu. Namun, rute pengirimannya sudah dialihkan dari Tokyo ke Osaka. Direktur PT Aneka Sumber Tata Bahari di Maluku, Kun Alfred Kusno, mengatakan, dampak musibah Jepang bagi pengusaha Indonesia belum terasa di sektor perikanan di Maluku saat ini. Hal itu karena ekspor ke Jepang biasanya dilakukan pada musim panen ikan, sekitar Agustus. Setiap kali ekspor minimal 50 ton ikan cakalang. Itu sebabnya, Kepala Seksi Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon Andi Mannojengi khawatir jika kondisi di Jepang belum normal hingga Agustus. 

Selama ini Jepang menjadi tujuan favorit ekspor karena harga beli ikan lebih tinggi dibandingkan dengan negara tujuan ekspor lain. Di Jepang, harga ikan cakalang per ton 1.500 dollar AS, sedangkan di negara tujuan ekspor lain, seperti Thailand, harganya 1.200 dollar AS. Hal senada dikemukakan George Basoeki, Corporate Communication Manager PT Central Proteinaprima (CP Prima) Tbk di Lampung. Ekspor udang segar dan olahan dari PT CP Prima Lampung ke Jepang terancam terganggu, padahal selama ini Jepang merupakan salah satu importir terbesar udang asal Lampung. PT CP Prima merupakan produsen udang dan olahannya terbesar di Lampung. Rata-rata 15-20 persen produksi udang segar PT CP Prima setiap tahun dipasarkan ke Jepang dengan volume ekspor 100.000 metrik ton per tahun.

Tunggu perkembangan
 
Di Sulawesi Selatan, kalangan eksportir menanti perkembangan untuk menentukan langkah selanjutnya. Berdasarkan catatan Kamar Dagang dan Industri Sulsel, Sulsel antara lain mengekspor udang, ikan, biji kakao, tetes tebu, dan marmer ke Jepang. ”Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan karena bencana juga baru terjadi Jumat. Hingga saat ini ekspor masih lancar,” ujar Tigor Cendarma, CEO PT Bogatama Marinusa, eksportir udang beku olahan di kantornya di Kawasan Industri Makassar, Kota Makassar, Senin. Selain udang, Sulsel sebagai penghasil kakao juga mengekspor biji kakao ke Jepang. Namun, gempa dan tsunami di Jepang belum berimbas pada ekspor komoditas ini. Dengan produksi 160.000 ton kakao per tahun, hanya sekitar 9 persen atau 14.400 ton yang diekspor ke Jepang. Jepang ketat menerapkan standar produk impor. Khusus untuk kakao, Jepang hanya menerima kakao yang difermentasi. Padahal, mayoritas kakao Indonesia tidak difermentasi.

Kopi lancar 
 
Ekspor kopi dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, terutama dari Kabupaten Manggarai dan Ngada, ke Jepang tetap lancar. Kepala Cabang PT Indokom Citra Persada Surabaya, Asnawi Saleh, di Sidoarjo, Jawa Timur, mengatakan, Selasa ini 51,3 ton kopi robusta asal NTT senilai 130.000 dollar AS (Rp 1,1 miliar) akan dikirim ke Nagoya dari Tanjung Perak, Surabaya. Adapun Kepala Cabang PT Indokom Citra Persada Manggarai, Suherman, di Ruteng mengatakan, pihaknya mengekspor 300-400 ton kopi arabika per tahun ke Jepang. 

Pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Surabaya, Jatim, umumnya khawatir order dari pembeli di Jepang dibatalkan pascagempa dan tsunami. Apalagi, saat ini terjadi hilang kontak dengan para pelanggan di Jepang, sebagaimana diakui Anita Trisusilowati, pemilik Cakrawala Persada Aromaterapi. Sekretaris Umum Ikatan Wanita Pengusaha Jatim Liliek Endang dan Ketua Forum Daerah UKM Jatim Nurcahyudi mencari alternatif negara tujuan ekspor selama Jepang belum pulih. Eksportir edamame dan mukimame (kedelai khas Jepang, yang ditanam di Indonesia) dari Jember terpaksa mengalihkan kota tujuan dari Kendai ke Yokohama. Menurut Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral Jember Hariyanto, volume ekspor edamame 3.205.750 kilogram senilai 5.442.098 dollar AS. Ekspor mukimame 784.021,92 kg dengan nilai 1.187.717,24 dollar AS. Adapun volume ekspor okra (sejenis kacang-kacangan) 209.000 kg senilai 351.540 dollar AS. (SIN/APA/INK/DEN/EKI/SIR/ETA/JON/SEM)

Komentar TS :
Mencari pasar selain Jepang mungkin bisa menjadi solusi menghadapi hal ini. Tapi percayalah, Jepang bukan negara kemarin sore, dengan pengalaman mereka dan keuletan mereka, di jamin tidak dalam waktu lama, Jepang akan kembali bangkit dari bencana. Dan pasar komoditas Indonesia akan meningkat kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar